Anak Bumi,article,Environment

Perempuan: Penjaga Ruang Lingkungan Hidup

Bumi menjadi perwujudan “ibu pertiwi”. Simbolis ini merupakan kedudukan bumi sebagai kerahiman yang penuh kasih. Ia menjadi pelindung bagi semuanya temasuk manusia. Bumi dalam pandangan kosmologi timur dipahami berdasarkan prinsip feminin dimana ada hubungan dialektis dan keoksitensi yang saling melengkapi.

Hubungan antara pencipta dan perusakan, penyatuan dan perpecahaan menjadi siklus gerakan dinamis alam semesta. Dalam filsafat India hubungan tersebut antara prakriti (alam) dan purusha (manusia). Hubungan antara prakriti dan purusha saling memelihara dan bukannya terpisah. Namun berbeda dengan pandangan Barat (pasca-er pencerahaan dan revolusi industri), yang dimana memposisikan kedua entitas tersebut terpisah bahkan salah satunya mendominasi.

Kalangan ekofeminis menempatkan perempuan secara kultural dikaitkan dengan alam. Mereka berpendapat, terjadi hubungan koseptual, simbolis, dan linguistik antara feminis dan isu ekologi. Ekofeminis berusaha untuk menunjukkan hubungan antara semua makhluk bentuk opresi manusia, tetapi juga menfokuskan pada usaha manusia sendiri untuk mendominasi alam. Dalam penegasan ini, bumi merupakan sumber penghidupan bagi semua makhluk hidup.

Sama hal nya dengan perempuan yang merupakan sumber kehidupan bagi manusia melalui siklus kelahiran. Hal ini menjadi landasan bahwa perusakan terhadap hutan-hutan sama halnya dengan opresi terhadap penindasan kaum perempuan. Secara mendasar penguasa dan pengambil kebijakan masih belum berpihak terhadap keseimbangan gender dan keseimbangan ekologi. Sehingga dalam kebijakan terhadap air, tanah, dan hutan pun perempuan tidak diilibatkan.

Perempuan Penjaga Alam

Peran perempuan dalam menjaga ekologi sering disimbolkan dengan sosok sang dewi. Masyarakat Jawa memaknai bahwa dewi sebagai sumber penjaga ekosistem dalam siklus ekologi. Bahkan sejak berabad lamanya, perempuan bertindak sebagai penyedia kehidupan.

Munculnya gerakan perempuan Kendeng, hasil dari pemikiran ekofeminisme tidak lepas dari kegelisahan perempuan terhadap praktik-praktik perusak ekologis yang berdampak terhadap pada ketidaksetaraan gender. Tujuan gerakan ini adalah untuk mendekonstruksikan keterpurukan ekologis yang dilakukan dan didominasi oleh kaum laki-laki.

Eksploitasi dan hegemonis ekspansif terhadap alam ini paralel dengan subordinasi perempuan dalam struktur kehidupannya, baik dalam tatanan sosial, ekonomi, politik dan budaya. Pandangan dunia antroposentris, yang direpresentasikan oleh dominasi maskulinitas selanjutnya dianggap menghasilkan pola pemikiran dualistik, hegemonistik dan hirarkis dalam cara memandang dunia.

Ekofeminisme sendiri merupakan aliran feminis yang menjelaskan keterkaitan alam dan perempuan dengan titik fokus pada kerusakan alam dan penindasan perempuan. Dalam hal ini perempuan sebagai representasi dan simbol perempuan yang selama ini tunduk dalam dominasi laki-laki. Kita melihat kasus kendeng dominasi diwakili oleh kuasa negara yang tidak hadir untuk memberi persetujuan pelestarian alam dan alih-alih memperlihatkan pro pada agen eksploitatif.

Akibatnya perempuan merasa teralienasi, kehilangan ruang hidup dan terpisah dari alam yang disimbolkan dalam pemasungan kaki di depan Istana Merdeka. Sebelumnya pada tahun 2014, lebih dari 160 hari ibu-ibu Kendeng menginap di tenda sebagai bentuk penolakan operasi PT. Semen Indonesia. Para ibu-ibu tersebut melakukan pemblokiran jalan menuju pabrik sebagai upaya untuk memberhentikan aktivitas pertambangan sampai keputusan pengadilan yang tetap.

Gerakan ekofeminisme ini ditunjukan oleh para perempuan Kendeng yang turut ambil bagian dalam gerakan sosial menolak operasi pabrik semen. Upaya ini dilakukan karena perempuan memegang peran penting (domestik) mengurus keluarga sehingga kawasan mereka menjadi penting sebagai upaya untuk melindungi diri dan keluarga dari perusak alam yang mereka jaga.

Para perempuan telah mewujudkan responnya dalam bentuk gerakan sosial melawan tambang pabrik semen, mereka merasa memiliki hak sebagai masyarakat sipil untuk mengemukakan pendapatnya sebagai input suatu kebijakan sosial.

Perempuan Menghadapi Krisis Ekologi

Peran perempuan haruslah jadi utama dalam memitigasi dan memulihkan krisis ekologi sebagai modal sosial-ekologi yang sangat penting. Peran perempuan dalam konservasi alam, menjaga ketahanan pangan, pertanian berkelenjutan, berkeadilan gender, penguatan akses dalam pemanfaatan hutan, air, sumber daya alam masih belum mendapatkan tempat dalam hal mengambil keputusan.

Perempuan selalu ditempatkan sebagai kelompok tak berdaya dan tak punya pengetahuan. Pengetahuan perempuan tentang tubuhnya dan hubungannya dengan kekayaan alam, pengetahuan bersama dalam pengurusan kekayaan alam dan sumber-sumber kehidupannya dianggap tidak ada. Sehingga perempuan tak dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan dalam hampir semua pengambilan kebijakan.

Krisis lingkungan hidup dan SDA tidak bisa dilepaskan dari ketidakadilan dan ketimpangan struktur penguasaan SDA yang selama ini dikuasi oleh korporasi yang difasilitasi negara melalui berbagai kebijakan. Hal ini dapat diperparah dengan sama sekali tidak merefleksikan sisi pandang perempuan. Belajar dari beberapa gerakan perempuan di Kalimantan, Bali dan Jawa bahwa perempuan adalah magnet magis dalam memulihkan krisis sosial-ekologi. Dapat kita ambil contoh peran perempuan dalam konservasi alam, menjaga ketahanan pangan, pertanian berkelanjutan yang berkeadilan gender, penguatan akses perempuan dalam pemanfaatan hutan, air, dan sumber daya alam. Permasalahan yang tidak kalah penting ialah mengembalikan peran aktif perempuan dalam membuat dan mengambil keputusan baik dalam pengelolaan pangan, lahan, air, dan sumber daya alam.

Momentum Hari Perempuan pada 8 Maret merupakan sebagai penghormatan dan penghargaan untuk kaum perempuan dalam keterlibatannya dalam menjaga dan melindungi lingkungan hidup tidak bisa kita ragukan lagi. Bahkan, perempuan lah yang menanam nilai-nilai etika lingkungan dalam menjaga planet bumi ini. Bumi sebagai rahim dan ibu (red:perempuan) yang memiliki rahim adalah kekuatan untuk keberlangsungannya kehidupan, jika peran perempuan itu dimatikan maka musnahlah sebuah kehidupan di dunia ini.

“Keberanian kaum perempuan dalam melindungi lingkungan akan terus menginspirasi, menguatkan langkah perempuan dan pejuang lingkungan hidup untuk terus berjuang demi lingkungan yang adil dan lestari”

SELAMAT HARI PEREMPUAN INTERNASIONAL, BERBAHAGIALAH KAUM PEREMPUAN YANG MELAWAN.

 

Rio Kurniawan (Sejawat Soja)

NTA:AT.160794.XXV.194.PA

2
0

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *