UIN Salatiga merupakan sebuah perguruaan tinggi yang dibawah nauangan kementerian agama. Pada saat ini UIN Salatiga sedang menjalankan progam Green Washatiyah Campus yang dimana secara pengertian umumnya ialah kampus dengan konsep mendukung upaya keberlanjutan lingkungan kampus. Dengan konsep itu tujuan untuk menjaga kelestarian energi dan membentuk generasi yang peduli dengan lingkungan.
Namun Wasathiyyah dapat di artikan ketegasan seseorang untuk bersikap adil atau sikap tengah yang jauh dari sikap pragmatis dengan hanya berpihak pada salah satu kutub. Jadi Green Wasathiyyah Campus bisa kita artikan sebuah progam di perguruan tinggi yang mendukung konsep-konsep kepedulian lingkungan kampus yang berpihak untuk keberlanjutan dan adil untuk lingkungan tidak merugikan satu sama lain. Namun progam ini bisa kita tanamkan untuk semua civitas kampus, bahwasannya kepedulian lingkungan merupakan sebuah langkah untuk menjaga lingkungan karena manusia merupakan khalifah di bumi untuk menjaga lingkungan dari kerusakan lingkungan yang terjadi saat ini.
Tetapi progam ini bertolak belakang dengan konsep-konsep yang sudah di buat oleh kampus. Dimana bisa kita lihat sendiri bahwasanya permasalahan sampah organik maupun anorganik masih banyak ditemukan di lingkungan kampus. Contohnya dalam perkulihaan mahasiswa masih dituntut untuk membuat makalah atau proposal menggunakan kertas, yang diamana itu bisa saja di revisi dan akan menjadi sebuah timbunan sampah kertas di kampus. Lalu sampah anorganik seperti plastik, botol sekali pakai, styrofoam. Dalam isi dokumen Green Wasathiyyah Campus bahwasanya kampus akan mengurangi penggunaan kertas maupun plastik, tetapi hal tersebut hanyalah mimpi semata yang di inginkan oleh kampus. Bagi penulis kenapa itu “mimpi semata”, karena kampus sendiri masih melegalkan aktivitas tersebut dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh kampus ataupun kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa.
Dalam pengelolaan sampah, kampus belum bisa mengendalikan permasalahan sampah yang terjadi di kampus. kampus malah melakukan praktik yang dapat mengganggu lingkungan maupun masyarakat sipil kampus (mahasiswa) dalam proses pembelajaran mencari ilmu. Seharusnya pihak kampus dapat memberi rasa nyaman untuk mahasiswa dalam melakukan proses pembelajaran di kelas. Kenapa mahasiswa tidak merasa nyaman dalam proses pembelajaran dikarenakan adanya pembakaran sampah yang dapat mengganggu proses pembalajaran. Seharusnya sampah tidak dibakar dikarenakan akan menjadi polusi udara dan asap dari pembakaran sampah secara terbuka akan menghasilkan residu abu mengandung logam beracun, seperti merkuri, timbal, dan arsen. Dari praktik pembakaran itu dapat merusak lingkungan dan dapat menganggu permapasan manusia yang menghirup asap atau debu dari pembakaran sampah.
Plastik merupakan salah satu permasalahan yang sangat krusial di Indonesia. Dalam artian kampus seharusnya bisa membaca sebuah isu tersebut, bahwasnya sampah plastik ini menjadi permasalahan yang amat krusisal. Kampus diharapkan dapat membuat sebuah kebijakan yang tegas untuk pemberlakuan penggunaan plastik, botol sekali pakai, kertas dan sampah yang menyebabkan kerusakan lingkungan. Bisa saja kampus membuat sebuah aturan yang dimana semua civitas kampus tidak di perbolehkan dalam penggunaan palstik dan botol sekali pakai di dalam kawasan kampus, dan setiap kegiatan dilarang untuk menggunakan palstik dan botol sekali pakai. Dari aturan ini bisa saja kampus minim dalam “sampah anorganik” dan tidak ada lagi praktik pembakaran sampah yang di lakukan di area kampus.
Dalam progam Green Wasyatiyah Campus, kampus sendiri dilihatnya belum terlalu fokus untuk menjalankan konsep-konsep yang sudah dibuat, karena yang bertanggung jawab atau yang menjalankan progam ini masih timpang tindih dari jabatan struktural di kampus. Seharusnya kampus mempunya bidang sendiri untuk menjalankan konsep-konsep Green Wasathiyyah Campus. Sampai sekarang progam ini masih di bebani dibidang KASUBAG (Kepala Sub Bagian Administrasi Keuangan, Umum dan Kepegawaian) hal ini yang membuat progam ini tidak berjalan dengan mulus. Alangkah lebih baiknya kampus membuat bidang tersendiri yang berfokus dalam progam Green Wasathiyyah Campus. Progam ini bukan hanya jadi slogan saja tetapi progam ini benar-benar untuk dijalankan sesuai dengan apa yang sudah di sepakati dalam konsep nya.
Bagi penulis masih banyak konsep yang belum dijalankan, dari segi infrastruktur masih belum melihat niali-nilai kegunaannya dalam pembangunan kampus saat ini. Kampus terlihat masih ugal-ugalan dalam pembangunan yang tidak melihat efek buruknya bagi lingkungan dan hanya memikirkan bagimana cara nya pembangunan itu berjalan dan selesai. Hal ini yang membuat progam tersebut hanya mimpi semata atau jadi slogan saja untuk branding nama UIN Salatiga. Tulisan ini hanyalah sebuah opini atau keresahan penulis melihat apa yang terjadi di kampus yang dinamakan “GREEN WASATHIYYAH CAMPUS”
Rio Kurniawan (Sejawat Soja)
NTA: AT.160794.XXV.194.PA