Kapitaslisme merupakan sebuah sistem ekonomi dominan di dunia yang saat ini yang telah dikritik karena dampaknya menyebabkan kerusakan lingkungan. Persinggungan antara kedua hal tersebut bukanlah hal baru yang baru-baru ini muncul ke permukaan. Kedua isu ini telah lama menjadi topik pembicaraan di berbagai negara, terutama di kalangan para aktivis lingkungan. Bagi kelompok pro-lingkungan, pertumbuhan ekonomi dianggap sebagai faktor utama yang menyebabkan kerusakan lingkungan di seluruh dunia. Menurut kelompok pro-kapitalis, sistem ekonomi yang sehat harus tetap ada untuk menopang kehidupan manusia. Kontradiksi antara kedua pandangan tersebut menghasilkan pertanyaan mendasar: Apakah masalah lingkungan dapat diselesaikan tanpa mengubah sistem ekonomi kapitalis?
“Penyebab utama kerusakan ekologis adalah masyarakat yang memuja ‘dewa-dewa kecepatan dan kuantitas, beserta laba yang cepat dan mudah didapat, dan dari berhala mengerikan ini bangkitlah setan-setan mengerikan’” — Rachel Carson
Seperti yang telah diketahui khalayak ramai, ancaman persoalan lingkungan hidup, perubahan iklim, pengasaman air laut, penipisan ozon, hilangnya keanekaragaman hayati, hingga polusi kimia, yang terjadi saat ini akan menjadi masalah besar apabila tidak ada seorang pun dari kita yang bertindak sesegera mungkin. Hal tersebut menjadi pembuka dalam bagian awal buku Lingkungan Hidup dan Kapitalisme yang ditulis oleh John Bellamy Foster dan Fred Magdoff. Dalam bagian tersebut, keduanya menjelaskan bahwa penyebab terjadinya krisis lingkungan tidak bersumber dari faktor alam itu sendiri, melainkan akibat ulah manusia. Sistem ekonomi dan politik yang tidak rasional dan berorientasi pada keuntungan semata digadang-gadang sebagai sumber permasalahan utamanya.
“Kapitalisme menyebabkan hilangnya hubungan dengan alam, sesama manusia, dan masyarakat. Budaya konsumsi dan mementingkan diri sendiri yang ditumbuhkan oleh sistem ini membuat orang-orang kehilangan hubungan dengan alam yang dipandang terutama sebagai sumber material untuk perluasan eksploitasi atas manusia dan masyarakat lainnya”
Kapitalisme dan eksploitasi alam
Salah satu alasan mengapa kapitalisme cenderung menciptakan kepunahan adalah karena sistem ini mendorong eksploitasi sumber daya alam secara masif dan tidak berkelanjutan. Dalam kapitalisme, alam dipandang sebagai komoditas yang harus dieksploitasi untuk menghasilkan keuntungan yang setinggi – tingginya. Kapitalisme memiliki dorongan inheren untuk mencari keuntungan jangkan pendek yang pada akhirnya mengabaikan dampak jangka Panjang terhadap keanekaragaman hayati dan keberlanjutan ekosistem.
sumber daya alam dan lingkungan hidup di Indonesia dimulai dengan penerbitan Undang-Undang No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA), yang kemudian diikuti oleh Undang-Undang No. 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Pembukaan pintu investasi pada awal pemerintahan Orde Baru ini membawa dampak besar terhadap eksploitasi berbagai sumber daya alam di Indonesia, yang pada akhirnya menyebabkan kerusakan lingkungan hidup secara besar-besaran. Pemerintah Orde Baru mengadopsi ideologi modernis dalam menjalankan pemerintahan. Pembangunan diartikan sebagai usaha mengubah masyarakat dari tradisional menjadi modern, dengan fokus utama pada pertumbuhan ekonomi. Untuk memenuhi tuntutan pertumbuhan ekonomi ini, pemerintah kemudian mengeksploitasi berbagai sumber daya alam yang tersedia.
Industrialisasi, sebagai akar permasalahan, dipicu oleh kapitalisme dan mengakibatkan eksploitasi sumber daya alam secara massif. Kapitalisme berperan sebagai pendorong utama di balik dorongan untuk mencapai masyarakat modern yang bergantung tidak hanya pada modal finansial, tetapi juga sumber daya alam. Proses ini terus berlanjut seiring dengan dominasi paradigma pertumbuhan ekonomi dalam sistem kapitalis.
Selain eksploitasi besar-besaran terhadap sumber daya alam, dampak lanjutan dari industrialisasi yang didorong oleh kapitalisme adalah munculnya berbagai jenis polusi dan pencemaran lingkungan. Hal ini kemudian menghasilkan konsekuensi lanjutan seperti kelangkaan sumber daya dan penurunan kapasitas alam untuk mendukung keberlangsungan hidup di bumi. Dengan kata lain, kapitalisme mempercepat laju eksploitasi sumber daya alam dan mendorong degradasi lingkungan yang serius demi mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Pertumbuhan tanpa batas dan konsumerisme
Kapitalisme beroperasi di bawah paradigma pertumbuhan ekonomi tanpa batas. Pertumbuhan ini, dalam prateknya berati peningkatan konsumsi, produksi, dan ekspansi pasar secara terus-menerus. Sistem ini tidak mempertimbangkan batas ekologi, sehingga mengarah pada degradasi lingkungan dan kerusakan ekosistem. Dalam kebutuhan kapitalisme untuk terus tumbuh adalah akar penyebab krisis ekologis. Budaya konsumerisme yang muncul dari kapitalisme yang muncul dari kapitalisme juga berkontribusi terhadap peningkatan eksploitasi alam. Konsumsi berlebihan menciptakan permintaan yang mendorong overfishing, penebangan hutan, dan ekstraksi sumber daya alam lainnya.
Dampak kapitalisme terhadap perubahan iklim dan lingkungan karena sistem ini didasarkan pada eksploitasi sumber daya alam dan eksternalisasi biaya terhadap masyarakat dan lingkungan. Kapitalisme memprioritaskan pertumbuhan ekonomi dan laba atas masalah lingkungan dan sosial. Yang mengarah pada praktik yang tidak berkelanjutan seperti konsumsi berlebihan, penggunaan bahan bakar fosil, dan perusakan habitat alam.
Kapitalisme dan krisis iklim
Krisis iklim adalah faktor penting lainnya yang mempeburuk ancaman terhadap keanekaragaman hayati dan kapitalisme adalah salah satu penggerak utama dari krisis ini. Dalam sistem kapitalis, bahan bakar fosil menjadi sumber energi utama untuk menggerakan industri dan ekonomi. Pembakaran bahan bakar fosil menghasilkan emisi gas rumah kaca yang mempercepat perubahan iklim. Peningkatan suhu global dan perubahan pola cuaca memiliki dampak langsung terhadap terhadap banyak spesies, termasuk menghilangkan habitat dan menganggu siklus biologis.
Bahwa kapitalisme tidak hanya gagal dalam mengatasi perubahan iklim tetapi juga secara aktif memperburuknya melalui ketergantungan pada energi fosil. Dalam kapitalisme, bahan bakar fosil lebih dipilih karena sifatnya yang ekonomis dalam jangka pendek, meskipun dampak jangka panjangnya terhadap lingkungan sangat merugikan.
Kapitalisme yang terstruktur pada saat ini telah memberikan kontribusi besar terhadap krisis iklim dan banyak yang berpendapat bahwa sistem ini tidak dapat menyelamatkan planet ini tanpa perubahan yang signifikan. Sistem ini memprioritaskan pertumbuhan ekonomi dan laba atas masalah lingkungan dan sosial yang mengarah ke praktik – praktik yang tidak berkelanjutan dan mempercepat perubahan iklim dan dampaknya.
Kontributur: Soja (NTA: AT.160794.XXV.194.PA)