Lompat ke konten

Eksplorasi Gua Nguwik Kaligesing, Purworejo

Pada hari Jumat 28 Juni 2024 pada pukul 16.00 kami dari Mapala MITAPASA beranggotakan 3 orang yaitu sejawat Tabe, sejawat Api dan sejawat Cempaka bersama dengan 4 orang anggota dari MAPASURI melakukan penelusuran gua horizontal yang bernama Gua Nguwik dikawasan Purworejo.

Gua yang kami telusuri terletak di Padukuhan Katerban, Desa Donorojo, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo. Persiapan penelusuran gua dengan memakai seluruh SOP kita mulai dari basecamp MAPASURI menuju kawasan Karst Kaligesing. Perjalanan dari MAPASURI ke lokasi gua menghabiskan waktu kurang lebih satu jam. Di sepanjang jalan menuju gua cuaca cukup mendung dan berkabut karena daerah Kaligesing baru saja turun hujan, untungnya pada saat kami melakukan penelusuran, tidak turun hujan sama sekali.

Gua ini letaknya benar-benar dibelakang rumah warga, konon katanya di dalam gua ini terdapat peninggalan seperti fosil Badak. Mendengar hal tersebut sangat membuat kami penasaran dan tidak sabar ingin memasuki gua tersebut. Sebelum memasuki gua, kami meminta izin terlebih dahulu kepada salah satu warga setempat yang rumahnya dekat dengan lokasi gua. Setelah mendapatkan izin kami membagi tim penelusuran. Di sini kami yang menelusuri gua hanya 5 orang sedangkan 2 orang lain tetap di luar gua untuk menjaga dan juga informan barangkali cuaca di luar tidak aman ataupun ada ancaman dari luar gua supaya bisa langsung memberikan kabar kepada yang berada di dalam gua.

Penelusuran ini di pimpin oleh Grugur dari MAPASURI dan 4 orang yang lain sebagai anggota yang mengikuti Leader. Sebelum memasuki gua di luar gua sudah ada wadah penampungan air milik warga. Karena memang gua ini termasuk gua berair yang airnya sudah dapat dimanfaatkan oleh warga untuk minum ataupun kebutuhan hidup sehari-hari. Pemanfaatan air oleh warga ini sudah dilakukan sejak terbatasnya pasokan air pada saat musim kemarau tahun 2019, mengingat di dalam gua ada sungai dan pada saat di cek debitnya lumayan dan kualitas airnya memang layak untuk di minum warga dan terbebas dari limbah yang tercemar. Sumber yang diambil oleh warga hanya kurang lebih 250 m dari ujung gua.

Pada saat memasuki gua memang terbukti ada pipa air sampai pada sumber air sepanjang kurang lebih 250 m. Kami juga melakukan penelusuran kurang lebih sekitar 200 m tidak sampai top, mengingat waktunya sudah cukup sore dan agar lebih aman kita kembali ke mulut gua sebelum malam demi keamanan. Gua ini termasuk gua berair dengan kedalaman dibawah lutut orang dewasa. Kadar oksigen yang ada di dalam gua sangatlah sedikit, baru pertama masuk mulut gua saja tim kami sudah merasa sesak pernafasannya, tapi kita tetap melakukan penelusuran sampai pada sumber air. Karena pada saat mendekati sumber air kadar oksigen sudah termasuk normal tidak seperti saat baru pertama memasuki gua. Selain ber-air gua ini juga termasuk yang berlumpur sampai pada mata kaki saja. Pada saat perjalanan kita menemukan ada banyak air kecil-kecil di air yang kita lewati, selain itu masih ada banyak kelelawar dan juga guano di dalam gua. Ornamen yang ada di dalam gua juga kebanyakan masih hidup dan terawat, sayangnya fosil Badak yang membuat kami penasaran itu sudah tidak ada dan kami tidak menemukannya secuil pun. Fosil ini terdiri dari potongan kerangka Badak yang berusia ratusan tahun dan sudah diambil dari tahun 2015. Baru setelah penemuan fosil itu gua ini menjadi gua wisata, namun sekarang sudah sepi peminat, hanya masih sering dikunjungi oleh anak-anak OPA (Organisasi Pecinta Alam).  

 

Siti Himatul Aulia (Sejawat Tabe)

NTA: AT.160794.XXVII.216.PA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *