Lompat ke konten

Tanam 1000 Bibit Mangrove

 

 

Sejumlah komunitas Semarang dan aktivis peduli lingkungan melakukan aksi tanam seribu bibit mangrove di Desa Bedono, Sayung, Demak, Rabu (9/6). Dari Mapala Mitapasa sendiri terdapat 4 orang yang turut berpartisipasi dalam aksi penananan bibit mangrove ini.

Kegiatan aksi ini berupaya untuk mencegah abrasi di pesisir desa tersebut yang semakin parah dan perlu dibenahi. “Kegiatan yang bertema ” Cegah Maleh dadi Segoro” ini sekaligus memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia pada tanggal 5 Juni dan pada hari itu kami juga melakukan aksi tanam mangrove di Kampung Tambakrejo”. Ujar Iqbal Alghofani selaku Manager Advokasi dan Kampanye Walhi Jateng.

Dalam Aksi kedua ini, lokasi yang dipilih adalah Desa Bedono karena Desa tersebut merupakan salah satu desa di Demak yang terancam akan tenggelam akibat kenaikan permukaan air laut (Rob). Kenaikan air laut semakin diperparah dengan adanya proyek Tol Tanggul Laut Semarang-Demak yang membuat warga Desa Bedono semakin terancam akan tenggelam. Maka lewat aksi penanaman bibit mangrove ini agar dapat memberikan perhatian terhadap warga desa bedono untuk mencegah tenggelamnya desa tersebut.

Penanaman bibit mangrove ini dimulai sekitar pukul 13.30 WIB. Karena kondisi laut yang pasang, puluhan aktivis peduli lingkungan ini tetap turun ke air dengan kedalaman kurang lebih satu meter agar dapat menanam bibit yang belum ditanami mangrove. “Dengan adanya aksi penanaman ini diharapkan menjadi semangat dan motivasi bagi warga, khususnya warga Desa Bedono RW 01 untuk terus melestarikan lingkungan dipesisir laut ini”. Ungkap Iffat dari Mapala Mitapasa.

Saat ini penanaman mangrove memang kelihatan penuh diarea sungai. Sebenarnya dibelakang permukiman warga desa ini masih banyak tempat yang seharusnya bisa ditanami mangrove, akan tetapi adanya ombak laut kemungkinan besar mangrove ini tidak bisa hidup dan cepat rubuh. “Jika ditanami bibit mangrove disitu harus membuat penanggulangan ombak terlebih dahulu, tetapi pihak disini sudah membuat ban-ban bekas dengan bambu, walaupun tidak sepenuhnya menanggulangi minimal bisa memperlambat laju ombak”. Jawab Pak Badawi warga Desa Bedono.

Warga Desa tersebut mengakui bahwa adanya abrasi yang semakin melebar dan berkurang puluhan meter setiap tahunnya, dan hanya dengan bantuan ban-ban bekas serta bambu agar dapat menanggulangi abrasi tersebut, kemungkinan kecil untuk menanggulanginya. Tetapi ia memohon agar pemerintah turut menyumbangkan dana agar dapat membuat penanggulangan abrasi dibelakang rumah warga.

 

 

Oleh : Sie Lingkungan Hidup Mapala MITAPASA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *