Karst, gua, dan fauna domestik, ketiga hal tersebut tidak dapat dipisahkan. Berbicara tentang gua dan karst tentu saja tidak lepas dari sekelompok fauna domestik yang berada di dalamnya, salah satunya yaitu kelelawar “sang pengembara malam”.
(Joel Sartore)
Kelelawar memiliki keunikan karena ia aktif pada malam hari dan beristirahat pada siang hari, hal itulah yang membuat hewan ini disebut sebagai hewan nocturnal. Kelelawar memiliki kemampuan terbang yang cukup jauh yaitu antara 5-60km dalam satu malam tergantung spesiesnya.
Kelelawar pemakan serangga mempunyai peran yang sangat penting bagi lingkungan karst. Perannya ialah menjadi pemangsa utama serangga yang aktif di malam hari, tidak terkecuali serangga yang berpotensi sebagai hama dan penyakit. Semakin banyak kelelawar dalam suatu gua berarti semakin besar dampak baik bagi pengendalian populasi serangga dan hama di sekitarnya. Kelelawar pemakan serangga juga berperan sebagai pengatur keseimbangan ekosistem dan pengendalian populasi serangga. Dalam satu malam, seekor kelelawar mampu memakan serangga menyamai berat tubuhnya. Hal ini tentunya akan sangat menguntungkan bagi para petani. Dengan adanya kelelawar sebagai pemangsa alami, ledakan populasi serangga hama akan bisa diminimalisir dan sekaligus mengurangi biaya penggunaan pestisida.
Kelelawar pemakan buah-buahan dapat berperan sebagai pemencar biji (seed disperser) dan fauna penyerbuk yang dapat membantu proses penyerbukan berbagai spesies tumbuhan. Kelelawar memiliki kebiasaan membuang kotoran sambil terbang, hal tersebut juga sangat menguntungkan untuk pemencaran biji. Biji-bijian yang dikeluarkan bersama kotoran kemudian tumbuh menjadi tumbuhan baru.
Kelelawar pemakan nektar memiliki kebiasaan mengunjungi bunga dan berpindah pada bunga yang lain. Hal tersebut mengakibatkan jatuhnya serbuk sari yang menempel di sekitar mulut kelelawar jatuh di kepala putik dan kemudian terjadi penyerbukan. Tidak sedikit tanaman yang terbantu proses penyerbukannya karena hal tersebut.
Masih ada lagi hal yang menguntungkan yang dapat diambil dari hewan tersebut, bahkan kotorannya juga memiliki peran penting bagi ekosistem. Kotoran kelelawar atau guano merupakan material yang mengandung nitrogen dan fosfor yang bermanfaat, pemanfaatannya adalah sebagai pupuk. Pemberian pupuk guano dapat meningkatkan kandungan unsur hara dalam tanah dimana hal tersebut dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Selain itu, guano yang dihasilkan oleh kelelawar penghuni gua merupakan sumber energi utama bagi fauna yang hidup di dalamnya. Guano dijadikan sebagai makanan bagi beberapa fauna invertebrata yang hidup di lantai gua. Keberadaan kelelawar bagi ekosistem gua menjadi sangat penting sebagai penjaga keberlangsungan rantai makanan yang terbentuk di dalamnya.
Paradigma pada masyarakat yang berkembang sering menyebut kelelawar sebagai hama dan tidak memiliki nilai penting. Namun pada kenyataanya kelelawar memiliki peran penting bagi ekosistem di kawasan karst.
Sumber : (Sejarah Alam Gunung Sewu oleh ; Cahyo Rahmadi, Sigit Wiantoro, dan Hari Nugroho)
(Sled.179)