Air adalah kebutuhan primer umat manusia, tanpa air manusia tidak dapat bertahan hidup, dan tanpa air yang bersih manusia memperpendek umur mereka. Karena jika air yang digunakan dalam kebutuhan sehari-hari manusia tercemar, maka dalam tubuh, pakaian, dan makanan manusia itu juga akan dipenuhi virus-virus berbahaya yang membahayakan kesehatan. Maka penting bagi setiap manusia untuk mengetahui apakah air yang dikonsumsi mereka mengandung racun atau tidak, supaya mereka terhindar dari bahaya polusi air.
Metode untuk mengetahui pencemaran yang terjadi pada air memiliki beberapa bagian, mulai dari proses yang cukup rumit (harus melalui laboratorium dan alat-alat tertentu) sampai dengan proses yang terjangkau bagi masyarakat umum. Jika di suatu kelompok masyarakat memiliki fasilitas akademik yang mumpuni, maka proses penggalian data dapat dilakukan menggunakan sempel air yang kemudian dapat diteliti lebih mendalam melalui laboratorium. Tetapi jika masyarakat belum memiliki fassilitas akademik yang mumpuni, maka proses untuk mengetahui pencemaran air dapat dilakukan menggunakan makhluk air itu sendiri yaitu ikan. Sebenarnya selain ikan, seperti udang, siput, katak, dan yang lainnya juga dapat dijadikan barometer pencemaran air. Tetapi yang paling mudah dan terjangkau bagi masyarakat untuk dilakukan secara mandiri adalah ikan.
Ada dua metode untuk mengetahui pencemaran air melalui ikan, pertama dengan cara pendataan jenis ikan dan makhluk air lainnya. Proses pendataan makhluk air ini harus dilakukan secara rutin, bisa setiap bulan atau setiap tahun bergantung pada Tingkat pencemaran air yang terjadi. Jika di daerah tersebut aktivitas pencemaran air terjadi secara massif, maka pendataan setiap bulan dapat dilakukan. Seperi pencemaran air sungai akibat dari pembuangan limbah pabrik. Jika pembuangan limbah pabrik ini secara terus menerus dilakukan, maka ada dua kemungkinan. Pertama makhluk air bisa punah dari daerah tersebut, atau makhluk air berpindah ke daerah perairan yang lebih bersih. Dan kedua mengalami mutasi.
Jika pada pendataan satwa air setiap bulannya mengalami perubahan, dalam arti pengurangan satwa atau mutasi yang dialami oleh satwa maka proses pencemaran air dapat dipastikan sudah cukup membahayakan. Jika fenomena ini terjadi, maka masyarakat harus segera bertindak untuk menyikapi sumber pencemaran yang terjadi di daerah mereka. Karena jika tidak, mereka sendiri yang akan merasakan dampaknya bukan hanya makhluk air saja. Pendataan ini pernah dilakukan oleh masyarakat di Kecamatan Tomohon, Remboken, dan Sonder di Kabupaten Minahasa Sulawesi Utara.
Proses pengenalan air yang kedua adalah dengan pengamatan terhadap ikan-ikan yang telah ditentukan sebagai objek barometer pencemaran air. Sebenarnya konsepnya hampir sama dengan yang pertama. Perbedaannya adalah jika pada pendataan makhluk air objeknya adalah penghuni asli pada sungai atau perairan yang diteliti, maka pada proses yang kedua ini ikan yang digunakan adalah ikan-ikan pilihan yang dimasukkan ke dalam perairan yang akan diteliti. Untuk pengamatan yang keduai ini pernah dilakukan di sungai Cikembulan Jawa Barat. Pencemaran yang terjadi diakibatkan oleh asam sianida (HCN), untuk pencemaran yang disebabkan oleh hal lainnya, perlu diadakan uji coba kembali.
Berikut adalah jenis-jenis ikan yang dapat digunakan dalam pengamatan air:
No. | Nama Ikan | Jenis Ikan | Penanda |
1. | Ikan Belanak (Mugil labiosus) | Mudah mengalami mutasi | Pencemaran terjadi meskipun belum parah. |
2. | Ikan Babalak (Opheocephalus sp) | ||
3. | Ikan Tawes (Puntius sp) | ||
4. | Ikan Wader (Rasbora sp) | ||
5. | Ikan Lele (Clarias batrachus) | Lebih tahan terhadap pencemaran yang terjadi | Pencemaran yang terjadi sudah sangat parah |
6. | Ikan Gurame (Asphronemus gorame) | ||
7. | Ikan Gabus (Asphronemus streatus) | ||
8. | Ikan Sepat (Taichogaster trichopterus) | ||
9. | Belut (Monopterus albus) |
Jika jenis ikan di atas dapat dimasukkan ke dalam perairan yang akan diteliti. Jika pada jenis ikan yang mudah mengalami mutasi telah terjadi mutasi, maka pencemaran di perairan tersebut telah terjadi meskipun belum seberapa. Dan jika jenis ikan yang lebih tahan banting telah mengalami mutasi, maka pencemaran yang terjadi sudah seharusnya diatasi.
Dengan adanya barometer hayati semacam ini, masyarakat dapat dengan mudah mengetahui pencemaran air yang terjadi di kawasan mereka. Terlebih bagi masyarakat yang hidup di kawasan industri, sehingga masyarakat dapat melaporkan pencemaran air sedini mungkin kepada pihak yang berwenang. Tetapi kelemahan metode ini adalah pencemaran yang terjadi harus mampu untuk merubah keadaan hayati di daerahnya, jika pencemaran masih sangat minim kemungkinan besar pengamatan hayati ini belum berhasil.
M. Ulil Albab (Sejawat Lawoh)
NTA: AT.160794.XXVIII.218.PA