Lompat ke konten

Sampah Makanan, Apakah Membahayakan Terhadap Lingkungan?

Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah makanan, karena salah satu sumber kehidupan manusia adalah makanan. Tetapi meskipun makanan adalah kebutuhan pokok manusia, tidak sedikit manusia yang masih menyisakan makanan mereka, yang kemudian menjadi sampah. Fenomena ini menjadikan pola kehidupan manusia yang rancu, di satu sisi mereka membutuhkan makanan dan di satu sisi mereka membuangnya. Berdasarkan laporan dari Kementan RI, 2019 Indonesia sendiri merupakan negara dengan limbah makanan terbesar kedua setelah Arab Saudi di dunia dengan perkiraan pembuangan food waste 300% per-kapita setiap tahun. Sementara itu mengutip dari data Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) (UNEP) di Asia Tenggara Indonesia merupakan negara dengan sampah makanan tertinggi (Angkasari, 2023).

Tentu sangat prihatin melihat fenomena pembuangan sampah makanan yang sangat besar dari negara kita, di mana sebesar 13,5% dari total penduduk 269 juta jiwa sedang mengalami kelaparan. Bahkan dalam laporan PBB dalam setiap tahunnya sebesar sepertiga makanan yang diproduksi di dunia berakhir di pembuangan sampah (Angkasari, 2023). Dari segi kemanusiaan fenomena food waste tentu sangat berdampak negatif, lalu bagaimana dampak dari segi lingkungan? Inilah yang akan menjadi pokok pembahasan dalam tulisan ini.

Dampak Sampah Makanan Terhadap Lingkungan

Sampah makanan adalah salah satu limbah rumah tangga, meskipun penyumbang sampah makanan tidak hanya berasal dari rumah. Sampah makanan dapat berasal dari rumah makan, pasar tradisional, ataupun dari bidang usaha lainnya yang berhubungan dengan makanan. Sampah makanan adalah limpah padat organik yang didegradasi oleh mikroorganisme dapat menimbulkan bau yang tidak  enak  atau bau busuk akibat dari penguraian limbah menjadi lebih kecil yang di sertai oleh pelepasan gas   yang   berbau   tidak   enak.Limbah   organik   yang   mengandungprotein   lebih menghasilkan  bau  yang  tidak  sedap  atau  lebih  bau busuk  dikarenakan  protein  itu mengandung  gugus  amin  dan  akan  terurai  menjadi  gas  ammonia (Kristanto, 2002).

Selain menimbulkan bau yang tidak sedap dan mengganggu lingkungan, sampah makanan juga dapat berdampak pada kesehatan manusia. Sampah makanan dapat menyebabkan timbulnya penyakit, berupa penyakit diare. Hal itu disebabkan karena virus yang berasal dari sampah makanan yang tidak dikelola dengan tepat, sehingga virusnya bertebaran (Mulia, 2005). Sampah makanan yang dibuang begitu saja tanpa ada pengolahan yang tepat dapat menimbulkan metana yang menyebabkan pemanasan global dan dapat menimbulkan ledakan dari gas metana yang terpampang sinar matahari (Wulansari, 2019).

Menurut Food Agriculture Organization (FAO) sampah makanan yang ditimbun di tempat pembuangan akan dikonversi menjadi metana yang merupakan gas rumah kaca dan berpotensi pada pemanasan global 21 kali lebih besar dari CO2.Selain itu, sampah makanan cenderung terdegradasi lebih cepat dan metana yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan bahan organik lainnya yang ditimbun di tempat pembuangan sampah. Membuang sampah makanan sama dengan membuang sumberdaya. Secara ekonomi, sampah makanan menyebabkan adanya kerugian ekonomi yang digunakan untuk menghasilkan makanan, seperti pengadaan bahan baku makanan, air, energi dan sebagainya (Barlaz, 2011).

Limbah makanan akan mengalami proses pembusukan secara alami oleh bakteri yang    terdapat pada limbah dan tanah. Pembusukan limbah makanan inilah yang menyebabkan pembentukan senyawa organik gas metana (Agung, 2016). Diperkirakan setiap 1 ton sampah padat menghasilkan 50 kg gas metana. Setiap kilogram sampah dapat menghasilkan 0,5 m3 gas metana yang menyumbangkan sebanyak 15% pemanasan global (Sudarman, 2010).

Dari pembahasan ini kita menjadi paham bahwa sebenarnya sampah makanan yang kita anggap sebagai sampah organik yang mudah terurai dan tidak berbahaya, sebenarnya memiliki potensi yang sangat membahayakan bagi kelestarian lingkungan, kenyamanan lingkungan, dan kesehatan. Maka dari itu sudah saatnya kita menggali pengetahuan tentang pengolahan sampah makanan yang baik dan benar sehingga tidak membahayakan terhadap lingkungan dan kesehatan. Karena sampah makanan jika diolah dengan baik dapat menjadi pupuk kompos yang dapat menyuburkan tanaman.    

Daftar Pustaka

Agung, A. d. (2016). Pengaruh Paparan CH4 dan H2S Terhadap Keluhan Gangguan Pernafasan Pemulung di TPA Mrican Kabupaten Ponorogo. Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health, 1.

Angkasari, A. Z. (2023). Pengaturan Hukum Internasional Terhadap Limbah Makanan dan Dinamikanya di Indonesia. Journal of International Law, 341-350. Barlaz, J. W. (2011). What is the most environmentally beneficial way to treat commercial food waste. Environ Sci Technol, 45.

Kristanto, P. (2002). Ekologi Industri. Yogyakarta: Andi. Mulia, R. M. (2005). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sudarman. (2010). Meminimalkan Daya Dukung Sampah Terhadap Pemanasan Global. Profesional, 263.

Wulansari, d. D. (2019). Kajian Timbulan Sampah Makanan Warung Makan. Ecotrophic, 125-132.  

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *