Seiring populernya kegiatan wisata alam bebas, kegiatan penulusuran gua pun semakin banyak digemari masyarakat umum. Sebagaimana kegiatan alam bebas lainnya, selain keindahan alami yang dapat dinikmati, kegiatan penelusuran gua pun banyak risiko seperti terpeleset, terjatuh, tenggelam, tersesat atau terkena reruntuhan dinding.
Dari banyaknya musibah saat melakukan penelusuran gua, banjir adalah bahaya paling mematikan. Karena banjir membuat semua kelompok akan terpapar bahaya. Bukan hanya satu atau dua orang tetapi seluruh orang yang masuk semuanya pasti terdampak. Untuk mengenali potensi bahaya banjir diperlukan informasi tentang karakteristik hidrologi gua yang akan ditelusuri. Hujan tidak harus turun tepat di lokasi mulut gua untuk menyebabkan banjir pada gua tersebut. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman tentang topografi di sekitar mulut gua yang akan ditelusuri. Selain banjirnya, risiko yang dapat terjadi ketika banjir adalah runtuhan batuan karena erosi air, baik di atas permukaan atau di dalam gua.
Berdasarkan data curah hujan dari BMKG, kecenderungan terjadinya musim hujan di Indonesia pada bulan November-April, Puncak curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari dan Februari. Berdasarkan kecenderungan musim hujan tersebut. Siapapun yang akan menelusuri gua wajib untuk selalu memperhatikan keadaan cuaca, Penelusur gua dilarang keras untuk nekat memasuki gua pada musim hujan tanpa mengetahui data tentang hidrologi dan topografi. Meski para penelusur gua biasanya dibekali kemampuan dasar dalam melakukan penelusuran, tapi saat salah memperhitungkan gejala alam, maka kecelakaan akan terjadi.
Oleh : Sharifatul Ummah/Prukising/NTA:AT.160794.XXV.199.PA